Antrean pelanggan Sate Ratu Yogyakarta terlihat jelas dari parkiran. Area tunggunya dipenuhi tamu yang ingin mencicipi sate merah.
Sate merah merupakan satu dari tiga menu yang dijual. Paling dicari oleh pelanggan ketika datang ke sini.
“Sate merah ini paling laris ketika kami memulainya di angkringan. Ada juga menu lilit basah yang kami bentuk cetak, dikukus dan dipotong kotak,” jelas Fabian Budi Saputro, pemilik Sate Ratu Yogyakarta.
Warung sate ini buka setiap Senin-Sabtu pukul 11.00-21.00 WIB dan tidak menerima reservasi. Jadi, harus siap-siap antre setidaknya 15 menit ketika datang.
Kompas.com datang dan mencicipi menu unggulan Sate Ratu di Jalan Sidomukti, Tiyosan, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta pada Rabu (29/11/2023).
Bagi saya, ini adalah kali pertama mencoba sate populer di Yogyakarta sejak dibuka pada 2016 lalu.
Tempat makannya sederhana, dibagi menjadi dua ruangan semiterbuka dengan kapasitas maksimal 200 orang.
Antrean panjang bukan menjadi satu-satunya pemandangan menarik yang ada di restoran ini.
Jejeran bingkai berisi pesan dari turis asing berbagai negara juga terlihat memenuhi dinding sebelah kanan meja kasir.
Tidak heran. Sate Ratu Yogyakarta memang terkenal dengan kunjungan turis asingnya sejak dibuka.
Setidaknya ada turis asing dari 95 negara yang sudah mampir dan menyicip sate merah khas Sate Ratu ini.
Baca juga:
- Resep Sate Kere Khas Yogyakarta Dadu Online, Bisa Pakai Tetelan atau Jeroan
- Kejutan Saat Pertama Kali Makan Sate Kambing di Solo
Pedas nikmat sate merah
Menu makanan di Sate Ratu Yogyakarta.(Kompas.com/Antonius Aditya Mahendra Budi Santoso)
Bicara soal menu, sebagai pencinta pedas, saya sangat menikmati cita rasa Sate Merah sejak gigitan pertama.
Satu porsinya dijual Rp 30.000 dengan isi lima tusuk. Biasanya, dua porsi Sate Merah akan disajikan dalam satu piring.
Estimasi menunggu pesanan di Sate Ratu adalah 30 menit. Sebab, sate akan dibakar setelah pesanan muncul.
Durasi membakarnya juga lumayan lama karena daging ayam tidak langsung menyentuh arang ketika dimasak.
Potongan daging ayamnya disusun di tusukan sate, lalu diberi jarak antara daging dan arang selama pembakaran.
Ukuran dagingnya lumayan besar sehingga teksturnya terasa begitu digigit perlahan.
Daging ayamnya padat dan empuk. Bumbu merahnya menyerap dalam daging serta terasa cukup pedas, tetapi tidak menyengat di lidah.
Jika dirasa kurang pedas, kamu bisa menambah saus ekstra seharga Rp 6.000 saat datang ke sini.
Lilit Basah di Sate Ratu Yogyakarta.(Kompas.com/Antonius Aditya Mahendra Budi Santoso)
Sate ayam bumbu pedas ini semakin nikmat disantap bergantian dengan Lilit Basah, inovasi menu sate lilit dengan sedikit kuah.
Teksturnya tentu lebih lembut sehingga terasa melengkapi empuknya sate ketika dimakan.
Lilit Basah ini juga cenderung gurih. Buat kamu yang tidak begitu suka pedas, bisa mencobanya ketika datang.
Ceker Tugel menjadi hidangan selanjutnya yang saya coba. Warnanya merah kecoklatan dan disajikan dalam semangkuk penuh dengan harga Rp 30.000 per porsi.
Ceker Tugel di Sate Ratu Yogyakarta.(Kompas.com/Antonius Aditya Mahendra Budi Santoso)
Daging cekernya sangat lembut dan mudah dilepas dari tulang. Bumbunya terasa pedas bercampur manis.
Mengingat porsinya yang besar, menurut saya, Ceker Tugel paling cocok dijadikan teman makan nasi ketika datang ke sini.
Harga nasi putih per porsinya adalah Rp 6.000. Pelanggan juga bisa memesan makanan lain, seperti Sup Kanak, Sate Kanak, dan Sate Kulit.
Hou, minuman botol terbaru dari Sate Ratu yang dirilis pada lima bulan lalu, juga saya coba.
Hou, minuman jamu segar di Sate Ratu Yogyakarta.(Kompas.com/Antonius Aditya Mahendra Budi Santoso)
Turmeric Mocktail ini dibuat dari rempah, air, gula, dan bunga-bungaan yang terasa manis dan cenderung asam.
Bila diminum dengan tambahan es batu, moktail tradisional ini terasa menyegarkan tenggorokan, apalagi setelah menyantap aneka olahan daging ayam.
Baca juga:
- 8 Kreasi Sate Ayam agar Tidak Bosan, Balut dengan Kelapa
- Sate Kambing Pak Manto, Pelopor Tengkleng Rica yang Olah 20 Kambing Per Hari
Bebas asap
Meskipun sate identik dengan asap, Fabian tidak membiarkan uap bakaran mengganggu tamu selagi menyantap makanan.
Dapur Sate Ratu berada di paling belakang. Kru dapur nampak sibuk membumbui sate dan membakarnya di satu tempat berukuran cukup luas.
Asap bakaran sate hanya terlihat di area ini, tidak menyebar ke ruang makan tamu sehingga warung makannya terasa nyaman.
Selain itu, Sate Ratu juga tidak menyediakan fasilitas Wi-Fi, colokan, dan sebagainya untuk para tamu.
Hal ini sengaja dilakukan untuk memaksimalkan pengalaman makan tamu ketika datang ke Sate Ratu.
Menurut Fabian, rata-rata pelanggan menghabiskan waktu di warung makannya adalah satu jam.
Setiap meja di Sate Ratu diperkirakan mengalami turn over hingga 10 kali untuk empat orang per meja.