Peneliti Korea Selatan telah sukses dalam menumbuhkan sel-sel daging sapi dalam butiran beras.

Mereka menggambarkan penemuan ini sebagai langkah signifikan menuju sumber protein berkelanjutan, ekonomis, dan ramah lingkungan yang dapat menggantikan penggunaan sapi sebagai daging.

Produk tersebut, di sebut “beras daging sapi,” merupakan produk pertama dari jenisnya yang menggunakan partikel biji-bijian sebagai bahan dasar untuk menumbuhkan sel otot dan lemak hewan.

Baca juga: Situasi RS di Korea Selatan Lebih Buruk dari Klaim Pemerintah?

Melansir dari laman Japan Today, tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul yang di pimpin oleh Profesor Jinkee Hong melakukan penelitian dengan memproses biji-bijian beras dengan enzim untuk menciptakan lingkungan optimal bagi pertumbuhan sel.

Kemudian, mereka menyuntikkanya dengan sel sapi yang di budidayakan untuk menghasilkan produk akhir semacam butiran beras berwarna merah muda yang di terbitkan dalam jurnal Matter bulan ini.

Tim peneliti Yonsei bukan yang pertama kali mengembangkan produk daging yang di budidayakan di laboratorium.

Sejumlah perusahaan global telah meluncurkan daging hasil budi daya, termasuk produk terbaru seperti ayam dan belut nabati yang di hasilkan dari kedelai dan sudah di pasarkan di Singapura.

Keunggulan beras daging sapi

Menurut Tim Hong dalam laman Japan Today, keamanan beras menjadi keunggulan di bandingkan dengan kedelai atau kacang-kacangan karena lebih sedikit orang yang alergi terhadapnya.

Mereka optimis jika produk ini berhasil di kembangkan menjadi makanan. Beras daging sapi yang di budidayakan dapat menjadi sumber protein berkelanjutan, terutama di lingkungan di mana peternakan konvensional tidak praktis.

Baca juga: Pengolahan Ikan dan Daging Menjadi Bahan Pangan Setengah Jadi

Beras daging sapi mengandung sekitar 8 persen lebih banyak protein dan 7 persen lemak daripada beras konvensional. Yang menjadikannya sumber kaya akan asam amino esensial.

Beras daging sapi yang di budidayakan di hargai sekitar 2 dollar AS per kilogram dan memiliki jejak karbon yang lebih kecil daripada produk daging sapi tradisional. Sehingga mampu bersaing di pasar supermarket, menurut Hong.

Dengan harga yang kompetitif dan jejak karbon yang lebih kecil di bandingkan dengan produk daging sapi tradisional. Beras daging sapi dapat menjadi pilihan yang menarik di pasar.

Meskipun demikian, tantangan utamanya adalah dalam aspek teknis dan untuk memenangkan preferensi konsumen terkait rasa dan tekstur produk tersebut.

Keum Dong-kyu, seorang pelanggan yang mencoba beras daging sapi di restoran barbekyu di Seoul, menganggap ide tersebut inovatif. Tetapi merasa bahwa beras daging sapi ini tidak bisa menandingi rasa dan tekstur daging sapi asli.

Berbeda dengan Christian Krammel, seorang pengunjung dari Jerman. Ia menanggapi beras daging sapi dengan lebih optimistis.

Baca juga: Resep Pastel Samosa Isi Daging, Ide Camilan untuk Buka Puasa

Menurut Krammel, meskipun produk ini belum bisa di bandingkan dengan daging sapi asli. Ia merasa bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal dan melihatnya sebagai langkah yang positif menuju masa depan.

https://www.chirurgie-digestif-proctologie.re/wp-includes/baccarat-online/

Meskipun masih ada tantangan dalam hal teknis dan penerimaan konsumen terhadap rasa dan tekstur. Inovasi ini menjanjikan alternatif yang menarik dalam industri makanan.

Beberapa orang menyambut inovasi ini dengan antusiasme. Sementara yang lain tetap skeptis terhadap kemampuannya untuk menandingi daging sapi asli dalam hal rasa dan tekstur.